Pada Jumat (9/8), PBB melaporkan bahwa lebih dari 80% wilayah Jalur Gaza telah dievakuasi oleh Israel sejak Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan penurunan signifikan dalam pengiriman bantuan. Menurut juru bicara PBB, Florencia Soto Nino, sekitar 60.000 orang Palestina telah bergerak menuju Khan Younis barat dalam waktu 72 jam terakhir.
Evakuasi massal ini merupakan hasil dari perintah evakuasi baru-baru ini oleh militer Israel, yang telah menambah pengungsian di Gaza yang sudah dalam situasi kritis. Evakuasi terbaru ini mencakup area seluas hampir 43 kilometer persegi di utara dan selatan Gaza, yang sangat mempengaruhi infrastruktur dan layanan penting, termasuk fasilitas air, sanitasi, kebersihan, dan kesehatan.
Namun, pengiriman bantuan ke Gaza tetap sulit karena permusuhan aktif, batasan akses, tingkat ketidakamanan yang tinggi, kurangnya ketertiban dan keamanan publik, serta faktor lainnya. Sejak penutupan perbatasan Rafah pada awal Mei, volume bantuan yang masuk ke Gaza telah menurun drastis, dari rata-rata 169 truk per hari pada bulan April menjadi kurang dari 80 truk per hari pada bulan Juni dan Juli.
Situasi di perbatasan Kerem Shalom semakin memburuk, dengan penurunan lebih dari 80% kargo bantuan yang dibawa ke Gaza dari perbatasan itu selama tiga bulan terakhir. Kemampuan untuk melakukan misi kemanusiaan juga terhambat oleh pihak berwenang Israel, dengan hanya sebagian kecil dari misi bantuan yang direncanakan yang berhasil difasilitasi.
Meskipun demikian, seruan dari AS, Mesir, dan Qatar untuk gencatan senjata di Gaza disambut baik oleh PBB. “Apa pun yang dapat membawa kami menuju tujuan tersebut sangat diterima,” kata Nino.
Dalam situasi yang semakin sulit di Gaza, kerjasama internasional dan upaya untuk mencapai perdamaian sangat diperlukan. Semoga dengan bantuan dari berbagai pihak, situasi di Gaza dapat membaik dan penduduknya dapat hidup dengan aman dan tenteram.