SMA Tarakanita I Jakarta, yang selama ini dikenal sebagai sekolah khusus perempuan, akan mulai menerima murid laki-laki pada tahun ajaran 2025/2026. Keputusan ini langsung mendapat banyak penolakan dari orangtua siswa di sekolah tersebut. Salah satunya, Andini, yang mengungkapkan bahwa meski banyak orangtua yang menentang, mereka tidak diperbolehkan melakukan jajak pendapat soal hal ini. “Saya nggak tahu angka pastinya berapa yang menolak, tapi kami orangtua nggak bisa mengadakan jajak pendapat tentang keputusan ini,” kata Andini, yang dihubungi Kompas.com, Rabu (21/11/2024).
Andini menceritakan bahwa informasi mengenai penerimaan murid laki-laki ini disampaikan secara mendadak lewat surat tertulis pada 1 Agustus 2024, yang diterima oleh para siswa pada 7 Agustus 2024. Begitu mendengar kabar itu, hampir seluruh siswa SMA Tarakanita I langsung mengadakan aksi demo menolak keputusan tersebut. Namun, mereka akhirnya diminta untuk menerima keputusan dari pihak sekolah dan yayasan. “Kami, orangtua murid, merasa sangat prihatin karena situasi ini nggak kondusif untuk kegiatan belajar mengajar,” lanjut Andini.
Menurut Andini, saat ia mendaftarkan anaknya untuk masuk SMA Tarakanita I pada September 2023, tidak ada informasi sama sekali tentang rencana perubahan sekolah khusus putri menjadi sekolah umum. “Salah satu alasan saya mendaftarkan anak saya di sini adalah karena SMA Tarakanita I ini sekolah khusus putri,” tambahnya.
Karena penolakan itu, pada 21 Oktober 2024, orangtua murid mengirim surat keberatan kepada Kepala SMA Tarakanita I dan meminta diadakan pertemuan untuk membahas masalah ini. Sayangnya, surat tersebut dijawab lewat surat pada 28 Oktober 2024 yang hanya menyatakan agar orangtua menerima keputusan ini. Permintaan orangtua untuk bertemu pun tidak digubris. Meski begitu, para orangtua tetap tidak menyerah dan mengirim surat permohonan untuk berkonsultasi dengan Suku Dinas Pendidikan setempat. Mereka berharap bisa mendapatkan perlindungan hak atas keputusan yang berdampak langsung kepada siswa dan orangtua.
Andini menambahkan bahwa saat ini di SMA Tarakanita I tidak ada Komite Sekolah, yang seharusnya menjadi tempat komunikasi dan kerja sama antara sekolah, orangtua, dan masyarakat. “Karena itu, kami merasa perlu untuk berkonsultasi dengan Suku Dinas Pendidikan agar hak-hak kami terlindungi,” kata Andini. Hingga berita ini diturunkan, Kompas.com belum mendapat tanggapan dari pihak SMA Tarakanita I.