Diskusi mengenai libur sekolah selama bulan Ramadan telah menjadi topik hangat belakangan ini. Hal ini dimulai setelah Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengumumkan bahwa pondok pesantren akan libur selama bulan suci Ramadan. Namun, kebijakan ini belum berlaku untuk sekolah-sekolah negeri maupun swasta di bawah Kementerian Agama.
Menurut Nasaruddin, keputusan mengenai libur sekolah selama Ramadan masih dalam tahap perencanaan. Siswa diharapkan untuk menunggu pengumuman resmi terkait hal ini. “Khususnya di pondok pesantren, libur akan diberlakukan. Namun, untuk sekolah lainnya, masih dalam tahap perencanaan. Harap bersabar untuk informasi lebih lanjut,” ujar Nasaruddin seperti dilansir dari detikNews.
Beberapa guru juga memberikan pendapat mereka terkait kebijakan libur sekolah selama Ramadan. Salah satunya adalah Tri Kundarni, seorang guru di SMP Negeri 2 Sokaraja. Menurut Tri, kebijakan ini sah-sah saja dilakukan, namun ia juga mengingatkan akan dampak yang mungkin timbul.
Dampak positif dari kebijakan ini adalah siswa dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah dan memperdalam ilmu agama. “Siswa diharapkan dapat memperdalam ilmu agama di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka,” ujar Tri kepada detikEdu.
Namun, Tri juga menyoroti dampak negatif yang mungkin terjadi. Ia khawatir bahwa tidak semua siswa memiliki kesadaran penuh untuk mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan yang bermanfaat. Beberapa siswa mungkin akan memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang kurang produktif, seperti bermain gadget tanpa pengawasan orang tua.
Tri juga mencatat bahwa motivasi siswa saat berpuasa cenderung menurun, namun hal ini bisa dimaklumi karena tantangan yang dihadapi. “Perjuangan siswa untuk tetap berangkat dan belajar di sekolah saat berpuasa menunjukkan disiplin mereka. Namun, ceritanya akan berbeda jika mereka libur satu bulan selama Ramadan,” tambahnya.
Guru IPS tersebut juga mengkhawatirkan bahwa libur satu bulan dapat membuat siswa kehilangan disiplin. Tanpa pengawasan orang tua, ada kemungkinan siswa akan memanfaatkan waktu luang mereka untuk hal yang kurang bermanfaat. “Anak-anak masih membutuhkan bimbingan, arahan, dan perhatian dari orang tua,” jelas Tri.
Dengan demikian, kebijakan libur sekolah selama bulan Ramadan memiliki dua sisi yang perlu dipertimbangkan. Penting bagi semua pihak, termasuk orang tua, guru, dan pemerintah, untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa siswa tetap produktif dan terarah selama libur sekolah tersebut. Semoga kebijakan ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi perkembangan spiritual dan akademis para siswa.